Sabtu, 28 April 2012

PROPOSAL TESIS BAB I ENDRAWITA

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang Masalah
Tugas dan tanggung jawab guru adalah  mengantarkan peserta didik pada tujuan pembelajaran. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, selain guru dituntut dapat berfungsi sebagai pengajar, pendidik dan pelatih, juga dituntut sebagai mitivator, fasilitator, dinamisator, learning recurce, mangger, leader dan climate marker (depdiknas, 2003).  Oleh sebab itu dibutuhkanlah guru yang  profesional yakni guru yang memiliki kemampuan khusus dalam arti terdidik dan    terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya ( Agus F Tomyong dalam User 2002 : 15).
Dalam pembelajaran selalu ditemukan adanya siswa yang memiliki nilai dibawah standar minimum atau rendah, meskipun para guru telah berusaha menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang terbaik bagi siswanya dalam pembelajaran, namun hasilnya belum mampu untuk seluruh siswa berhasil dengan baik dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan, oleh sebab itu guru harus terus berusaha dan menyadari bahwa terdapat perbedaan diantara siswa dalam memperoleh hasil belajar
Hasil yang rendah biasa ditemukan lebih banyak dibidang  eksakta seperti matematika. Hal ini disebabkan karena para siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit dari berbagai pelajaran lain yang diajarkan disekolah (Abdurrahman, 2003 : 252).
Lebih lanjut Bernkomt dan Skemp dalam (Maryunis,2003) menyatakan  “kesulitan dalam belajar matematika terutama disebabkan karena matematika merupakan bidang studi yang hirarkis dengan pengertian bahwa kemampuan untuk memahami suatu bahasan menuntut penguasaan satuan-satuan bahasan sebelumnya”.
1
 Untuk mengatasi masalah diatas, berbagai upaya telah dilakukan diantaranya memberikan pelajaran  dalam bentuk kerjasama, memberikan latihan terbimbing, memberikan kuis diawal dan diakhir pelajaran, serta mengupayakan perencanaan dan persiapan pengajaran dengan baik. Namun hasilnya belum sesuai dengan yang di harapkan.
Sementara itu, guru merupakan faktor yang mempengaruhi dan  bertanggung jawab atas berhasil tidaknya pembelajaran. Karena itu perlu dicari solusi pemecahan masalah, agar pembelajaran matematika menjadi efektif dan menyenangkan. Antara lain guru harus mengoptimalkan hasil hasil belajar siswa dengan mengembangkan persiapan pembelajaran yang matang, perencanaan media yang atraktif, dan pemilihan model yang sesuai dengan pola dan alur materi pembelajaran.
Keberadaan guru dewasa ini seharusnya lebih didominasi oleh aktivitas guru sebagai fasilitator dan motivator mengingat masih banyaknya siswa yang kurang mampu dalam menyelesaikan soal-soal matematika, maka agar terciptanya suasana kerjasama dimana siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai sehingga dapat membuat aktivitas siswa.
Strategi pembelajaran merupakan faktor eksternal yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran karena ikut menentukan keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran yang inovatif relevan dengan keterlibatan dan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan keterkaitannya dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kooperatif yang menekankan agar peserta didik sendiri yang akan membangun pengetahuannya, sedangkan guru merancang kegiatan pembelajaran bagi peserta didik untuk meningkatkan atau mengubah pengetahuan awalnya yang berkaitan dengan aktivitas hidup sehari-hari, dimana peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Pembelajaran kooperatif yang selama ini dilakukan guru kurang terkontrol dalam pelaksanaannya. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi membosankan dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak tercapai, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah gaya belajar. Gaya belajar adalah sifat psikologis yang berpengaruh bagaimana siswa menerima dan merespon berbagai stimulus seperti kecerdasan berganda, kecendrungan persepsi dan kekuatan, kebiasaan memperoleh informasi, motivasi dan faktor psikologis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Smaldina dkk (2008):
Setiap siswa memiliki perbedaan kekuatan dan kecendrungan
dalamcara mereka memperoleh dan memproses informasi,
hal inilah yang di katakan mereka memiliki perbedaan gaya belajar.

Ada siswa cenderung belajar dengan informasi konkrit (fakta dan penelitian) atau sebaliknya menyukai dengan yang bersifat abstrak (teori, informasi simbolik, model matematis). Ada juga siswa yang mudah menyerap informasi dengan mendengarkan variasi vokal (audio) dan mengulang-ulang informasi yang diperolehnya dengan keras, dan sebaliknya ada siswa yang mudah memperoleh melalui penjelasan melalui gerakan (kinestetik). Oleh karena itu pemahaman guru terhadap gaya belajar siswa sangat penting untuk menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa.
Terkait dengan hal diatas, permasalahan yang sering terjadi dikelas adalah ketidaksesuaian antara strategi pembelajaran yang digunakan guru dengan gaya belajar siswa. Ketidaksesuaian ini akan berdampak pada rata-rata hasil belajar siswa yang merasa tidak nyaman, cenderung bosan, dan kurang perhatian dikelas.
Tabel 1. Rata-rata nilai hasil belajar dan persentase ketuntasan siswa
               Kelas XI IPS SMAN 4 Kerinci.
NO
KELAS
RATA-RATA
PERSENTASE
1
XI IPS 1
65,75
75 %
2
XI IPS 2
68,75
80 %
3
XI IPS 3
69,00
75 %
                                                                      
Guru dapat memenuhi berbagai jenis strategi pembelajaran agar dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Salah satu upaya untuk mengembangkan nstrategi pembelajaran dapat mengakomodasi berbagai  gaya belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Dengan demikian penggunaan model pembelajaran TPS dapat memberikan pelayanan terhadap keberagaman gaya belajar yang dimiliki siswa dikelas. Model TPS ini pertama kali dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman pada tahun 1981. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk  bekerja sendiri dan secara bersama-sama dengan orang lain dan merupakan pondasi untuk membangun kerja sama didalam kelas.
TPS adalah salah satu model pengajaran yang dapat digunakan secara  efektif untuk mengarahkan siswa dalam mempelajari sebuah materi dengan tema tertentu. Model ini  dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu berfikir secara  individu, berdiskusi dengan pasangan dan berbagi dengan teman.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dilapangan yang ditemui dikelas XI IPS  diantaranya :
a.    Guru cendrung kurang memahami gaya belajar siswa
b.    Model pembelajaran yang digunakan masih konvensional
c.    Masih banyak siswa yang kurang prihatin dengan lingkungan belajar
d.   Masih adanya siswa yang cendrung mengalami kejenuhan dan merasa tidak nyaman dalam belajar.

Belum tercapainya hasil belajar sesuai yang diharapkan diatas diduga karena banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Disinilah perlunya perencanaan pembelajaran  menggunakan  model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang mempelajari keragaman gaya belajar siswa.
                 Berdasarkan uraian diatas maka  akan melakukan penelitian mengenai :   Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)  dan Gaya  Belajar Terhadap hasil belajar Matematika Siswa Kelas XI IPS  SMA Negeri 4  Kerinci Tahun Pelajaran 2011/2012.

B.       Identifikasi Masalah
Adapun permasalahan pembelajaran matematika peserta didik Kelas XI IPS SMA Negeri 4  Kerinci sebagai berikut :
1.    Ketidak sesuaian antara strategi pembelajaran yang digunakan guru dengan gaya belajar siswa, ketidak sesuaian ini akan berdampak pada siswa yang merasa tidak nyaman, cendrung bosan dan kurang perhatian dikelas.
2.    Rendahnya hasil belajar siswa yang dibuktikan dari rata-rata hasil belajar siswa  masih dibawah KKM.
3.    Sebagian guru yang mengajar matematika kurang memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dan mengembangkan ketrampilan, pengetahuan, pengalaman dan kreatifitas matematika yang dimiliki siswa.
4.    Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga proses belajar menjadi kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik.
5.    Pembelajaran kooperatif yang digunakan selama ini tidak bervariasi.
6.    Kurangnya perhatian guru terhadap gaya belajar siswa

C.      Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas terlihat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik yang bersumber dari diri siswa maupun faktor yang bersumber dari lingkungan. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah gaya belajar siswa dalam pembelajaran yaitu gaya belajar auditorial dan kinestetik

Jumat, 27 April 2012

PEMBELAJARAN WEB

 
C. Teori Komunikasi
Dalam perspektif, teori komunikasi merupakan landasan lainnya dalam DPBW. Richey (dalam  Romussen 1986) menyatakan bahwa teori komunikasi menjelaskan proses penyampaian informasi, bentuk dan struktur informasi serta fungsi dan pengaruh informasi.
Komunikasi berpengaruh terhadap bagaimana pesan diciptakan dan distribusikan dari instruktur, antar peserta didik dan pengaruhnya terhadap dirinya sendiri. Pada dasarnya  model komunikasi diawali dari seorang sender menciptakan pesan dan mengirimkannya kepada receiver melalui sistem penyampaian pesan. Setelah pesan diterima, receiver memproses dan lalu menginterpretasikan kemudian memberikan umpan balik kepada sender.
Prinsip-prinsip utama dari teori komunikasi yang digunakan dalam desain PBW (Pembelajaran Berbasis Web) dihubungkan dengan desain pesan yang dinyatakan bahwa: Desain pesan merupakan salah satu langkah proses pengembangan yang membawa spesifikasi cetak biru desain pembelajaran dalam detail yang lebih besar. Seperti cetak biru untuk sebuah rumah yang tidak memili spesifikasi sentuhan akhir tentang warna, penempatan furnitur. Pembelajaran  selalu memberikan spesifikasi bentuk pesan yang harus diambil ( Grabowski: 1995).
Desain pesan fitur-fitur visual teks dan grafik serta penempatannya dalam satu halaman. Dalam suatu lingkungan PBW, desain pesan yang cocok tergantung pada desainer yang tampak dalam bentuk tata letak Web . Ide-ide pada rancangan pesan membantu desainer menyediakan dialog dan perubahan informasi yang efektif.
Teori sistem adalah salah satu bidang studi yang memainkan peran penting dalam perkembangan teori komunikasi. Bertalanffy, Wiener dan lain-lain telah mengembangkan teori sistem dan sibernetika, melalui studi tentang komunikasi manusia yang fokus pada linguistik.
Munculnya teori sistem yang baru ini membuat para ahli komunikasi  perlu mempertimbangkan kembali sistem komunikasi dalam pendekatan yang baru pula yaitu sebuah sistem yang mengintegrasikan berbagai elemen. Keberartian komunikasi manusia tidak lagi diperlakukan sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari proses komunikasi lainnya. Bertalanffy (1968) menyatakan bahwa teori sistem komunikasi manusia diperlakukan sama dengan semua komunikasi lainnya baik itu sistem teknik (seperti telepon sistem), fenomena komunikasi fisik  seperti cahaya atau proses Transfer energi, sistem biologis hidup, atau seluruh sistem sosial.
Kemajuan iptek memungkinkan terjadinya proses integrasi dari berbagai elemen termasuk kaitan terpenting dari komunikasi yaitu informasi. Bertalanffy berpendapat bahwa komunikasi akan selalu terkait dengan arus infoemasi dalam suatu  sistem. Dia menyarankan dalam banyak kasus, arus informasi berkaitan juga dengan aliran energi (Bertalanffy: 1968).
Pendapat yang sama dengan Bertalanffy,juga dinyatakan Wiener (1948) bahwa prinsip-prinsip dasar komunikasi, adalah sama tanpa memperhatikan apakah orang berurusan dengan sistem mesin, manusia, atau makhluk hidup lainnya. Weiner lebih lanjut menambahkan bahwa komunikasi adalah salah satu prinsip di mana alat dikombinasikan dengan sistem lingkungan eksternal.
Pada tahun 1949, Shannon dan Weaver, diilhami oleh perkembangan teori sistem  dan komunikasi baru sibernetika, memperkenalkan model yang mereka sebut “  informasi”. Komunikasi merupakan hasil dari beroperasinya elemen-elemen dalam sebuah sistem informasi yaitu sumber pesan yang diteruskan oleh saluran, ke penerima.
Saluran inilah yang banyak mempengaruhi sistem informasi. Saluran ini diistilahkan  dengan Bandwidth. Kapasitas Bandwidth mempengaruhi tingkat informasi yang dapat disampaikan dan inilah yang sering disebut dengan ukuran kapasitas komunikasi. Misalnya dalam istilah modern, kalau seorang terhubung ke internet melalui Modem, besarnya ukuran Bandwidth yang tersedia akan mempengaruhi seberapa cepat dia dapat mendownload data.
Saluran Bandwidth juga mungkin dibatasi oleh bentuk komunikasi. Sebagai contoh, ketika berbicara pada telepon, saluran terbatas hanya data audio, informasi visual   dikomunikasikan. Wiener (1948) menunjukkan bahwa efektifitas komunikasi dalam model seperti itu bergantung pada saluran. Saluran berkualitas tinggi mengirimkan informasi  secara bermutu, sedangkan saluran kualitas rendah mungkin terkontaminasi oleh informasi lain, atau apa yang Weiner sebut sebagai kebisingan latar belakang.